Balenciaga: Dari Tradisional ke Kontroversial

Balenciaga: Dari Tradisional ke Kontroversial

Balenciaga: Dari Tradisional ke Kontroversial

Balenciaga adalah nama besar dalam dunia mode yang telah melewati perjalanan luar biasa — dari masa keemasan haute couture klasik di pertengahan abad ke-20, hingga menjadi simbol eksperimentasi radikal dan kontroversi di abad ke-21. Dari tangan dingin Cristóbal Balenciaga hingga kepemimpinan kreatif Demna Gvasalia, rumah mode ini telah berubah total dalam estetika dan filosofi. Artikel ini mengupas transformasi dramatis Balenciaga, dari tradisional ke kontroversial.

Awal Mula: Sang Master Couture dari Spanyol

Balenciaga didirikan oleh Cristóbal Balenciaga pada tahun 1919 di San Sebastián, Spanyol. Dikenal sebagai “master of us all” oleh Christian Dior, Cristóbal adalah seorang desainer yang sangat dihormati karena kemampuannya menciptakan struktur busana yang inovatif dan sempurna secara teknis. Ia membuka rumah mode di Paris pada tahun 1937 dan langsung memukau dunia mode dengan pendekatan arsitektural pada pakaian wanita.

Beberapa pencapaian ikonik Balenciaga pada masa itu antara lain:

  • Rok balon (balloon skirt)
  • Gaun trapeze (1950-an)
  • Silhouette kotak yang membebaskan wanita dari korset

Balenciaga menghentikan operasionalnya pada 1968 dan meninggal pada 1972. Selama dekade-dekade berikutnya, merek ini sempat tenggelam sebelum dihidupkan kembali dengan arah kreatif baru.

Kebangkitan Kembali di Era Modern

Pada akhir 1990-an, Balenciaga mulai bangkit setelah diakuisisi oleh Kering Group. Di bawah kepemimpinan Nicolas Ghesquière (1997–2012), Balenciaga memperoleh kembali relevansinya melalui interpretasi futuristik, bentuk geometris, dan perpaduan antara warisan dengan teknologi.

Beberapa momen penting dari era Ghesquière:

  • Pengenalan jaket biker dan legging struktural
  • Eksperimen dengan material teknologi tinggi
  • Popularitas tas Motorcycle Bag, favorit para selebriti

Tetapi perubahan paling besar terjadi pada tahun 2015, ketika desainer Georgia–Jerman Demna Gvasalia ditunjuk sebagai direktur kreatif.

Era Demna: Estetika Brutal dan Kritik Sosial

Demna membawa pendekatan yang radikal. Ia mendobrak konvensi fashion dengan memasukkan unsur streetwear, satire, dan bahkan elemen budaya internet ke dalam koleksi Balenciaga. Desainnya seringkali dianggap “jelek” secara tradisional, tetapi penuh pesan sosial yang provokatif.

Contoh Koleksi dan Gaya Era Demna:

  • Sepatu Triple S: Sneaker besar dan berat yang mendefinisikan tren "ugly shoes".
  • Tas IKEA Look-alike: Tas biru besar yang menyerupai kantong belanja IKEA, dijual seharga ribuan dolar.
  • Kaos dua lapis: Kaos dengan kemeja menempel di depannya, memancing diskusi dan ejekan.
  • Show di lokasi ekstrem: Runway di salju palsu, lumpur, bahkan di depan layar hijau dengan CGI.

Balenciaga di bawah Demna menjadi lebih dari sekadar merek fashion—ia menjadi komentar sosial tentang konsumerisme, absurditas mode, dan batasan antara seni dan pakaian.

Kontroversi dan Reaksi Publik

Keberanian Balenciaga dalam mendobrak batas seringkali membawa mereka ke wilayah kontroversial. Yang paling mencolok adalah kampanye iklan tahun 2022 yang memicu kemarahan publik karena penggunaan citra anak-anak yang dianggap tidak pantas dan simbolisme yang disalahartikan.

Akibatnya, Balenciaga menghadapi boikot, kritik dari publik, dan kehilangan dukungan dari beberapa selebriti. Namun, mereka juga mengeluarkan permintaan maaf resmi dan mengevaluasi ulang proses kreatif mereka.

Kontroversi ini memicu diskusi lebih luas: Apakah fashion harus selalu bebas berekspresi? Di mana batas antara seni dan etika publik?

Strategi Branding yang Tidak Konvensional

Salah satu hal yang membuat Balenciaga tetap relevan meskipun penuh kontroversi adalah strategi pemasarannya yang unik:

  • Anti-marketing: Menghindari kampanye yang terlalu sempurna, memilih estetika “kasar” dan realisme urban.
  • Kolaborasi aneh tapi viral: Termasuk dengan Crocs, Fortnite, The Simpsons, dan Lay’s (tas berbentuk bungkus keripik).
  • Monogramisasi ekstrem: Branding yang mencolok tapi ironis, seperti logo besar di jaket atau tas plastik mewah.

Balenciaga menjadi bahan perbincangan bukan karena mengikuti tren, tetapi karena menciptakan narasi budaya—baik itu dihujat, dicintai, atau ditertawakan.

Dampak terhadap Dunia Mode

Terlepas dari kontroversinya, Balenciaga telah mendorong industri mode untuk berpikir ulang tentang makna "indah", "berkelas", dan "layak pakai". Pengaruh Demna terasa dalam berbagai aspek fashion kontemporer:

  • Kebangkitan streetwear sebagai bagian dari luxury fashion
  • Popularitas siluet oversized dan unisex
  • Normalisasi pakaian “anti-glamour” sebagai estetika fashion tinggi

Balenciaga memimpin gelombang fashion post-modern, di mana pakaian bukan sekadar gaya, tapi juga ekspresi gagasan, kritik, bahkan humor gelap.

Kesimpulan: Antara Kecerdikan dan Batas Etika

Balenciaga telah menempuh perjalanan panjang — dari Cristóbal yang klasik dan tenang, hingga Demna yang nyentrik dan mengusik. Merek ini menjadi bukti bahwa fashion bukan hanya tentang keindahan, tapi juga komunikasi, provokasi, dan keberanian untuk berbeda.

Namun, transformasi ini bukan tanpa risiko. Ketika sebuah merek memilih untuk bermain di ranah kontroversi, ia juga harus siap menghadapi pertanyaan etika dan tanggung jawab sosial. Dan itulah dilema Balenciaga hari ini: bagaimana tetap relevan tanpa kehilangan kepercayaan publik.

Suka atau tidak, satu hal pasti: Balenciaga adalah cermin dari zaman kita—liar, kompleks, dan selalu membuat orang berbicara.


Ditulis oleh: [luqmanul hakim]

Dipublikasikan pada: [13/05/2025]

Lebih baru Lebih lama