Sustainability di Dunia Fashion: Apa yang Sudah dan Belum Dilakukan Brand Global?

Sustainability di Dunia Fashion: Apa yang Sudah dan Belum Dilakukan Brand Global?

Sustainability di Dunia Fashion: Apa yang Sudah dan Belum Dilakukan Brand Global?

Industri fashion adalah salah satu penyumbang polusi terbesar di dunia, baik dari sisi limbah tekstil, emisi karbon, hingga penggunaan air dan bahan kimia. Di tengah krisis iklim dan meningkatnya kesadaran konsumen, isu keberlanjutan atau sustainability kini menjadi sorotan utama. Brand fashion global mulai menyesuaikan strategi mereka untuk menjadi lebih ramah lingkungan. Tapi seberapa jauh langkah yang sudah diambil? Dan apa saja yang masih menjadi tantangan?

Mengapa Sustainability Menjadi Isu Mendesak?

Menurut data dari Ellen MacArthur Foundation, industri fashion menghasilkan sekitar 92 juta ton limbah setiap tahun dan bertanggung jawab atas 10% emisi karbon global — lebih besar dari gabungan industri penerbangan dan pelayaran. Selain itu, pewarnaan tekstil menjadi salah satu penyebab utama pencemaran air di dunia. Maka tidak heran jika konsumen dan aktivis semakin mendesak merek-merek besar untuk bertanggung jawab.

Langkah-Langkah Positif dari Brand Global

Beberapa brand besar telah mengambil inisiatif untuk lebih berkelanjutan. Berikut beberapa contoh konkret:

  • H&M: Meluncurkan lini Conscious Collection yang menggunakan bahan daur ulang dan organik. Mereka juga memiliki program daur ulang pakaian lama di toko mereka di seluruh dunia.
  • Adidas: Bekerja sama dengan Parley for the Oceans untuk membuat sepatu dari sampah plastik laut, dan berkomitmen menggunakan poliester daur ulang 100% pada tahun 2024.
  • Patagonia: Salah satu pionir sustainability, menggunakan bahan daur ulang dan mendukung perbaikan pakaian melalui program “Worn Wear”. Mereka juga aktif dalam isu lingkungan secara luas.
  • Zara (Inditext): Berkomitmen menjadi netral karbon pada tahun 2040 dan menggunakan 100% energi terbarukan di semua kantor dan fasilitas pada tahun 2025.

Inovasi Material: Bahan Ramah Lingkungan

Perubahan tidak hanya terjadi pada strategi bisnis, tetapi juga pada inovasi material. Brand kini mulai beralih ke alternatif bahan yang lebih ramah lingkungan seperti:

  • Katun organik: Tidak menggunakan pestisida atau bahan kimia berbahaya.
  • Tencel dan lyocell: Serat dari kayu berkelanjutan dengan proses produksi ramah lingkungan.
  • Bahan daur ulang: Seperti polyester dari botol plastik bekas atau wol daur ulang.
  • Bahan bio-inovatif: Misalnya kulit dari jamur (Mylo) atau limbah apel.

Tantangan yang Masih Dihadapi

Meski langkah-langkah positif telah dilakukan, masih banyak tantangan besar yang menghambat transisi ke sistem fashion yang benar-benar berkelanjutan:

  • Greenwashing: Banyak brand yang mempromosikan citra “hijau” tanpa melakukan perubahan signifikan di lini produksi utama mereka. Label seperti “eco” atau “sustainable” sering kali digunakan tanpa standar yang jelas.
  • Produksi massal tetap berjalan: Walau menawarkan koleksi ramah lingkungan, brand fast fashion tetap memproduksi jutaan pakaian setiap tahun, yang kontradiktif dengan prinsip keberlanjutan.
  • Transparansi rantai pasok: Masih sedikit brand yang benar-benar transparan tentang dari mana bahan mereka berasal dan bagaimana kondisi pekerjanya.
  • Konsumen belum sepenuhnya berubah: Banyak konsumen masih memilih produk murah tanpa mempertimbangkan dampak lingkungannya. Perubahan perilaku membutuhkan edukasi dan insentif.

Peran Teknologi dalam Mendorong Sustainability

Teknologi juga berperan penting dalam mendorong keberlanjutan. Beberapa inovasi yang membantu termasuk:

  • Blockchain: Untuk melacak rantai pasok dan menjamin transparansi.
  • 3D printing: Mengurangi limbah dan memfasilitasi produksi sesuai permintaan (on-demand).
  • AI & Big Data: Membantu brand mengukur permintaan dan menghindari overstock.
  • Virtual fitting: Mengurangi pengembalian barang yang menjadi salah satu penyebab emisi logistik tinggi.

Peran Konsumen: Kekuatan Ada di Tangan Kita

Meskipun tanggung jawab besar ada pada brand, konsumen juga punya peran penting. Kita bisa membuat pilihan yang lebih sadar, seperti:

  • Membeli lebih sedikit, tapi lebih berkualitas.
  • Mendukung brand lokal atau kecil yang menerapkan prinsip ethical fashion.
  • Memperbaiki dan memakai ulang pakaian lama.
  • Mendaur ulang atau mendonasikan pakaian yang tidak terpakai.

Kesimpulan

Sustainability di dunia fashion bukan lagi pilihan, tetapi kebutuhan. Beberapa brand global telah menunjukkan langkah nyata ke arah yang lebih hijau, namun masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Keberlanjutan sejati membutuhkan kolaborasi antara brand, konsumen, dan regulator.

Di era di mana informasi mudah diakses, konsumen memiliki kekuatan untuk menuntut perubahan dan membuat keputusan yang lebih etis. Dengan pilihan yang tepat, kita bisa menjadi bagian dari solusi — bukan hanya penonton dalam krisis iklim yang sedang berlangsung.

Lebih baru Lebih lama